Melihat perkembangan berita akhir-akhir ini saya merasa gatal untuk mengangkatnya dalam tulisan.
Berita-berita tentang teror bom, yang awalnya berupa bom buku begitu cepatnya meluas menjadi semacam ketakutan dan trauma. Semua-semua benda yang tidak dikenal menjadi barang yang dianggap berbahaya. Ada kotak sepatu dikira bom, ada magic jar dikira bom, mungkin lama-lama bercerminpun bisa dianggap melihat bom.
Begitu juga dengan aparat yang berwenang, bukannya saya merendahkan kemampuan mereka, tetapi mereka juga ikut andil dalam menciptakan ketakutan yang beredar luas di masyarakat.
Bagaimana tidak, paket yang berisi buku, CD, e kok diledakkan, katanya diurai, tapi prakteknya????
Katanya (lagi) itu sudah prosedur.
Prosedur???? Berarti prosedurnya juga seharusnya dirubah, ato memang sengaja mengaburkan prosedur untuk mencari aman? Mereka yang lebih tau.
Ya logika awamnya gini deh, pandangan dari saya sebagai masyarakat.
Misalkan ada laporan paket mencurigakan, trus melapor ke polisi, nah di kepolisian itu kan ada divisi yang khusus menangani handak (bahan peledak), kata mitosnya begitu.
Divisi ini dibuat kan mendapat pelatihan-pelatihan khusus dan tentunya juga mendapat fasilitas atau perlengkapan yang berbeda dengan divisi lain.
Eeeee lha kok mendapat paket mencurigakan kok diledakkan semua, baru diurai?
Yang diurai apanya, setelah diledakkan yo hancur semua to yo pak. Lha trus scanner yang dibawa itu fungsinya untuk apa? Kalo cuman meledakkan, saya we bisa, tidak harus divisi khusus yang turun tangan.
Gunanya divisi ini kan terutama menjinakkan, lha kalo semua-semua dijeblug-e yo mabul-mabul hahaha. Siapa tau suatu saat nanti ada yang bisa membungkus TNT, ato C4 dengan rapi, tidak terdeteksi dalam bungkusan. trus diledakkan gegana, hancurr semua.
Menjadi sangat ironi ketika menonton film The Hurt Locker.... hmmmm sedihhh (malu)
Yah itu semua dari sudut pandang saya, rasanya menjadi minder dengan bangsa lain. Dan katanya kita juga mempunyai robot untuk menjinakkan bom (katanya), mungkin batere remote-nya abis kali ya.
Demikian uneg-uneg saya kali ini, pengennya nulis dari kemaren-kemaren, rasanya tuh gatellll banget
Begitu juga dengan aparat yang berwenang, bukannya saya merendahkan kemampuan mereka, tetapi mereka juga ikut andil dalam menciptakan ketakutan yang beredar luas di masyarakat.
Bagaimana tidak, paket yang berisi buku, CD, e kok diledakkan, katanya diurai, tapi prakteknya????
Katanya (lagi) itu sudah prosedur.
Prosedur???? Berarti prosedurnya juga seharusnya dirubah, ato memang sengaja mengaburkan prosedur untuk mencari aman? Mereka yang lebih tau.
Ya logika awamnya gini deh, pandangan dari saya sebagai masyarakat.
Misalkan ada laporan paket mencurigakan, trus melapor ke polisi, nah di kepolisian itu kan ada divisi yang khusus menangani handak (bahan peledak), kata mitosnya begitu.
Divisi ini dibuat kan mendapat pelatihan-pelatihan khusus dan tentunya juga mendapat fasilitas atau perlengkapan yang berbeda dengan divisi lain.
Eeeee lha kok mendapat paket mencurigakan kok diledakkan semua, baru diurai?
Yang diurai apanya, setelah diledakkan yo hancur semua to yo pak. Lha trus scanner yang dibawa itu fungsinya untuk apa? Kalo cuman meledakkan, saya we bisa, tidak harus divisi khusus yang turun tangan.
Gunanya divisi ini kan terutama menjinakkan, lha kalo semua-semua dijeblug-e yo mabul-mabul hahaha. Siapa tau suatu saat nanti ada yang bisa membungkus TNT, ato C4 dengan rapi, tidak terdeteksi dalam bungkusan. trus diledakkan gegana, hancurr semua.
Menjadi sangat ironi ketika menonton film The Hurt Locker.... hmmmm sedihhh (malu)
Yah itu semua dari sudut pandang saya, rasanya menjadi minder dengan bangsa lain. Dan katanya kita juga mempunyai robot untuk menjinakkan bom (katanya), mungkin batere remote-nya abis kali ya.
Demikian uneg-uneg saya kali ini, pengennya nulis dari kemaren-kemaren, rasanya tuh gatellll banget
0 komentar:
Posting Komentar