Jumat, 26 September 2025

Koneksi internet

    Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang nenek sihir di sebuah desa di pinggiran hutan. Hahaha, jadi inget jaman sekolah, soal terakhir pasti soal mengarang. Kalimat yang dipake itu-itu aja. Skip skip skip (style e koncoku). Kali ini meski mata mengantuk tapi belum ingin memejamkan mata, pengen nulis aja, daripada blognya vacuum, ditemani istri yang tidur cantik disebelah cie cie cie. Koneksi internet untuk saat ini sepertinya sudah menjadi kebutuhan pokok selain beras tentunya. Semua hal berkaitan dengan internet, dari pekerjaan, jual beli, pembayaran listrik dan lain-lain. Hal ini didukung juga dengan infrastruktur yang semakin memadai dan merata hingga tempat-tempat yang bisa dianggap pelosok. Dan juga harga paket internet yang jauh lebi murah dibanding sekitar 5 tahun lalu. Tapi kadang yang bikin eneg tu kalo liat orang yang baru kenal internet, baru kenal socmed, semua-semua dituangkan di timeline, dari status galau, kegiatan sehari-hari, ibadah juga, NORAK. Jadi inget jaman dulu, koneksi internet bagi saya suatu hal yang sangat penting, sampai - sampai dibelain riset segala(ckckck bahasanya). 
    Waktu masih di jogja, kebetulan rumah dekat dengan kampus ISI, (flashback sedikit ya), ada sinyal wifi meski sinyalnya agak lemah, jadi kalo kepengen nge-net gratis bisa pake laptop dibelakang dapur, tapi diluar rumah, lama - lama bosen juga, harus berdingin-dingin ria. Akhirnya bikin antena dari kaleng bekas oli sampai beli wajan ke toko Progo. Berbekal antena wajan sama aplikasi netstumbler hasilnya cukup memuaskan, bisa ngenet dengan lancar didalam kamar. Seiring berjalannya waktu pindahlah saya kesini, Kalimantan. Dikarenakan topografinya yang tidak datar dan rimbunnya pepohonan, koneksi internet dirumah sangat lambat, padahal BTS terdekat hanya berjarak 5 km saja. Tanganpun risi mencoba-coba mengakali supaya dapat koneksi internet yang lancar. Kalo pernah baca postingan yang lalu, pernah saya tulis membuat antena modem menggunakan sendok makan. Pada waktu itu harga paket internet telkomsel 130 ribu, dapatnya lupa berapa giga. Untuk operator lain sinyalnya sangat lemah. Terbersit membuat tower untuk antena penguat sinyal modem waktu itu, tapi bingung mengaplikasikannya. Pada suatu kesempatan ada teman yang biasa membuat tiang dari pipa besi sedang ada pekerjaan di Kintap. Tanpa pikir panjang setelah selesai pekerjaannya langsung tak culik wkwkwk (halo kang edy hehe). Singkat cerita pipa besi 4 batang bisa berdiri tegak dengan antena penguat sinyal GSM diujungnya. Pada awalnya koneksi internet lancar. Lama kelamaan lemot lagi, sampai akhirnya saya merasa frustasi karena segala cara sudah ditempuh, dari ganti antena, ganti kabel yang bagus, ganti modem yang mahal, hasilnya tidak memuaskan. Kebetulan saya sama istri satu pemikiran masalah koneksi internet. Koneksi internet merupakan investasi yang menguntungkan, jadi biaya yang dikeluarkan nggak usah terlalu diperhitungkan. 



Ya ampun, tulisan ini masih tersimpan sebagai draft, ditulis pada tahun 2018, lama sekali ternyata nggak ngeblog. Akhirnya dengan infrastruktur yang ada koneksi internet dirumah lebih baik dari orang lain karena memakai antena eksternal. Setelah berganti - ganti perangkat, sekarang yang terpasang Router Orbit Pro ZTE unlock pakai kartu 3.
Foto ini kecepatan internet yang aku pakai sekarang, yang rendah pakai router orbit, yang tinggi pakai starlink.

0 komentar: