mungkin anda sudah sering mendengar kisah ini, tp sepertinya tidak akan pernah membosankan untuk meneceritakan ulang..
setidaknya marilah kita mencontoh beliau, meski dr hal2 yg lebih kecil...
tp itulah permulaan, semoga kita bisa menauladaninya....
semoga bermanfaat..
Setiap kali Rosulullah hendak ke pasar Ukaz selalu melewati satu gang
kecil yang merupakan jalan tembus terdekat ke pasar tersebut.
Namun dikiri-kanan gang tersebut banyak dihuni rumah petakan kaum
Yahudi. Mereka sering mencemooh, memaki, meledek, bahkan ada seorang
Yahudi kasar sering melempar Rosulullah SAW dengan kotoran.
Hampir setiap kali Rosul ke pasar, sapaan kasar, hinaan, & lemparan
kotoran mendarat di telinga & wajah serta badannya. Namun karena
mental seorang utusan Tuhan, maka sikap sabar & senyum selalu
menghiasai wajahnya.
Anehnya, justru sikap anaknya; Fatimah az Zahra, para sahabat seperti
Abu Bakar & Umar sangat prihatin & emotional atas perlakuan Yahudi
terhadap Rosulullah. Bahkan malaikat Izrail yang ditakdirkan tanpa
emosi pun ikut panas melihat perlakuan pemuda bergelar Al Amin tersebut.
"Engkaukan Rosulullah, mengapa tidak marah & membalas lemparan
kotoran & makian Yahudi itu?" demikian celoteh Fatimah as. Apa jawab
Rosul: "*Innahum ma laa ya'lamuun*" (*Sesungguhnya mereka tak tahu apa
yang mereka kerjakan*).
Sikap serupa disampaikan Abu Bakar Shiddiq, "Wahai Rosul, kalau Engkau
berkenan, aku akan membalas sikap kasar mereka kepada Engkau." Jawab
Rosul pun sama: "Innahum ma laa ya'lamuun".
Tak ketinggalan Umar bin Khattab yang mantan preman pasar Ukaz lebih
tegas menyatakan: "Wahai Rosulullah, jika Engkau mengizinkan akan aku
tebas batang leher Yahudi brengsek yang sering melempari kotoran
terhadap-Mu!" Rosul pun konsisten dengan jawabannya: "Innahum ma laa
ya'lamuun".
Pernah suatu ketika Rosulullah SAW membersihkan kotoran bekas lemparan
si Yahudi usil dibawah pohon dekat sebuah bukit, datang malaikat
Izrail dengan wajah sedih bercampur geram. "Wahai Rosul, aku tak tega
melihat perlakuan mereka terhadap Engkau. Jikalau Engkau berkenan akan
aku balikkan bukit ini & aku tumpahkan diatas kediaman mereka. Atau
aku akan cabut nyawa mereka dengan cara yang paling menyakitkan,"
demikian pinta Izrail.
Tapi, itulah dia Muhammad SAW. Dengan kecerdasan emotional yang
optimum tetap mengatakan "Innahum ma lla ya'lamuun".
Suatu hari Rosul kembali melewati gang yang sama menuju pasar Ukaz.
Tapi hari itu Rosul tidak mendapati lemparan kotoran & makian si
Yahudi yang sengit itu. Lalu Rosul bertanya kepada para tetangga
Yahudi itu," Kemana saudaraku yang rajin menegurkan (baca: melempar
kotoran) kala aku lewat di gang ini?"
Tetangga itu berkata: "Dia sedang sakit di ruang atas, badannya
panas & menggigil, dia seperti hendak berpulang karena sakitnya
parah!" Lantas Rosul pun beranjak keatas menemui Yahudi usil tersebut,
ketika dihampiri Rosul si Yahudi ketakutan bukan main & dengan tubuh
gemetar & keringat menjagung dia memohon: "Jangan, jangan kau sakiti
aku, aku minta maaf atas keburukan perilakuku. Tapi bila Engkau hendak
membalas dendam, aku akan pasrah menerimanya."
Rosul pun tersenyum & mendekati si Yahudi sambil mengambil segelas air
zam-zam, lalu air itu dibacakan doa untuk si Yahudi. "Minumlah ini
air, Insya Allah kamu akan sembuh," ujar Rosulullah.
Kontan saja, setelah air diminum tubuh si Yahudi tampak lebih bugar &
sehat. "Kalau boleh aku minta maaf sekali lagi, tapi siapakah Anda hai
Bapak?" Rosul pun menjawab: "Sayalah Muhammad, Rosul Allah yang
ditugaskan untuk memperbaiki akhlaq!" Sejak saat itu si Yahudi
bertobat & memeluk agama yang diajarkan Rosulullah. "Subhanallah,
begitu agung akhlaq-Mu Ya Rosul," ujar Abu Bakar.
Dilain waktu, Rosulullah selalu memiliki kebiasaan jika hendak
bepergian ke luar kota. Dia membawa empat bungkus gandum matang
(menyerupai roti) untuk bekal perjalanan, & membawa empat bungkus uang
dirham untuk diinfaqkan kepada fakir miskin. Di perbatasan kota ada
seorang pengemis Yahudi tua, renta & buta, yang selalu nyeracau &
memburuk-burukkan Muhammad SAW.
"Muhammad brengsek, Muhammad manusia kasar, Muhammad penipu, penyihir,
gila. Muhammad akan kubunuh kau," demikian dia memaki Rosul.
Tapi setiap kali dicaci maki & diumpat akan dibunuh, Rosul bukannya
marah, malah sebaliknya tersenyum sambil mendekati sang Yahudi tua.
Dikeluarkannya sebungkus gandum matang itu, lalu dihaluskan & secara
perlahan disuapkan gandum itu kemulut sang bapak tua. Tentu saja
ceracau & makian si kakek terhenti karena harus makan gandum yang
sudah lembut, walau tak berucap terima kasih.
Kebiasaan itu hampir rutin dilakukan Rosulullah ketika hendak pergi
keluar kota, & kebiasaan memaki & nyeracau itu pula yang sering
dilakukan si kakek tua.
Suatu hari, saat Rosul telah wafat & khalifah Umar bin Khattab
memimpin jazirah Arab, bertanyalah Umar kepada Fatimah az Zahra, anak
Rosulullah. "Wahai Fatimah, amalan apa yang belum aku lakukan dari
akhlaq mulia yang dilakukan Rosulullah?" Fatimah pun menjelaskan
kebiasaan Rosul ketika hendak pergi keluar kota selalu memberi suapan
terhadap kakek Yahudi yang memakinya.
Maka pergilah Umar keluar kota, betul saja, di perbatasan ada seorang
kakek tua sedang nyeracau & terus memaki Rosulullah. Karena kesal,
gandum matang yang dibawanya langsung disumpalkan ke mulut sang kakek
Yahudi, maka diamlah si kakek sambil menghabiskan gandum tersebut.
Setelah kenyang mengunyah sumpalan gandum matang itu, si kakek
bertanya:"Rasanya anda bukan orang yang biasa menyapa saya dengan
gandum halusnya, Anda siapa & kemana orang yang selalu menyapa aku
dengan kasih sayang itu?"
Umar dengan tegas berteriak: "Aku adalah khalifah Umar bin Khattab, &
orang yang selalu menyuapi kamu dengan lembut itu adalah orang yang
setiap hari kamu maki-maki!". Terkesiap si kakek Yahudi sambil matanya
berlinang & diam beribu basa sekitar 30 menit, maka pada menit
berikutnya dia menangis sejadi-jadinya & menyesali perbuatannya.
"Ya khalifah, ampuni aku & aku akan memeluk agama yang diajarkan
Rosulmu," akhirnya si Yahudi tua pun tersungkur bersimpuh, menangisi
kekasarannya terhadap Rosulullah.
Menyimak akhlaq Rosulullah yang mulia, kendati dimaki, dicaci, bahkan
dilempari kotoran, maka kita patut bertanya atas sikap emotional
sebagian besar kaum muslim dunia atas penghujatan karikatur yang
ditampilkan Jillands-Posten di Denmark. Bahkan sikap menculik,
membakar, menghancurkan & memboikot sebenarnya tak akan menghentikan
sikap usil mereka.
Justru sikap rasional & sabar, terutama akhlaq mulia serta game of
emotional yang matang dari Rosulullah akan membuat lawan menjadi
segan. Sikap cerdas secara emosional dari Rosul patut ditiru agar
pihak luar benar-benar salut & menghargai kebesaran ajaran Rosulullah
SAW!!!
Sabtu, 18 April 2009
betapa mulianya..
Label: mulia hati
Diposting oleh massjabrik di 05.35
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar